Selasa, 31 Agustus 2010

Konflik RI-Malaysia

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti, Selasa (31/8/2010), mendesak pemerintah, khususnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, untuk bisa segera mengeluarkan penyikapan yang tegas menyusul ketegangan antara Indonesia dan Malaysia terkait kawasan perbatasan.
Yel-yel atau jargon masa lalu ganyang Malaysia masih bisa muncul dan diteriakkan lagi. Pemerintah harus paham itu.
-- Ikrar Nusa Bhakti
Sikap tegas termasuk untuk menanggapi penyikapan dan komentar Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, yang terkesan mengabaikan surat resmi Pemerintah Indonesia tentang insiden itu, dengan tidak segera membalas atau menjawabnya walau sudah sepekan berlalu.
Ikrar juga mengingatkan pemerintah kalau di sebagian masyarakat Indonesia, sentimen terhadap Malaysia masih ada. Sikap sentimen itu merupakan warisan sejarah konfrontasi masa lalu antara Indonesia dan Malaysia.
"Jadi tidak mengherankan kalau ada kejadian macam kemarin di perairan Tanjung Berakit, yel-yel atau jargon masa lalu 'ganyang Malaysia' masih bisa muncul dan diteriakkan lagi. Pemerintah harus paham itu," ujar Ikrar.
Pernyataan Ikrar ada benarnya. Saat sesi penyampaian pertanyaan rapat kerja Kementerian Koordinasi bidang Politik, Hukum, dan Keamanan beserta para menteri jajarannya, dengan Komisi I, Effendi Choirie dari Fraksi PKB menyempatkan diri membaca pidato Soekarno saat Indonesia berkonfrontasi dengan Malaysia.
"Tolong jangan lagi kita (Indonesia) seolah berada dalam posisi inferior dengan kemampuan diplomasi yang letoy. Pemerintah harus berani. Bukan kita yang butuh mereka tapi justru sebaliknya. Kalau mau tarik saja semua TKI di sana," ujar Effendi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar